Menanti pelangi II
Aku manusia yang selalu berada dalam persimpangan, persimpangan yang selalu membawaku dalam takdir yang berbeda, aku sadar setiap persimpangan itu aku harus memilih satu di antaranya, manusia tidak pernah dapat sempurna, hidup ini terlalu singkat untuk memikirkan hal yang sangat panjang, walaupun sesuatu yang singkat akan berlaku untuk kehidupanku di masa depan. Dalam setiap persimpangan aku selalu memikirkan dampak yang jauh kedepannya terutama bagi orang lain, dan terkadang aku lupa apa dampak bagiku sendiri. Sampai pada akhirnya pemikiranku untuk kebaikan orang lain bahkan menjelma menjadi pisau yang tertancap rapat dan rapi dalam hatiku. terlalu banyak rahasia yang ku tutup agar orang lain tetap baik. aku harus tetap bisa bergerak seperti tiada apa-apa agar semuanya tetap terlihat baik. apa semua itu akan tetap baik untukku? tentu tidak !Di mana setiap aku berusaha bergerak aku merasakan sakit yang orang lain tak akan melihatnya. senyum tawa dan ceriaku, ku harap semuanya mampu menutup semua itu , namun sekuat-kuatnya aku memendam semua itu pada saat pisau itu tertancap makin dalam akhirnya pun tumpah jua bulir bening dari mataku, meskipun sebisa mungkin tak ada orang yang mengetahuinya. ingin aku membuang pisau yang menancap dalam hatiku namun jika aku membuangnya akan ada orang lain yang tertancap pisau itu, untuk saat ini biarlah pisau itu tetap ada padaku. ia selalu aku adda dalam persimpangan, dan sayangnya aku termasuk orang yang kurang tegas dalam mengambil keputusan. persimpangan itu cukup menyulitkanku. seandainya saja aku punya sayap, mungkin aku tak harus melewati persimpangan jalan ini, aku akan terbang melewatinya. menuju langit yang penuh bintang dan kedamaian menjauh dari segala riuh gemuruh dunia yang terlalu ramai bagiku. aku tak harus menyembunyikan pisau yang tertancap di hatiku, aku tak perlu berfikir beribu kali untuk melewati persimpangan, cukup duduk dengan di temani cahaya mentari dan menanti pelangi ,,
0 komentar:
Posting Komentar